Jakarta - Analis memperkirakan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan sulit kembali ke level
di bawah Rp 10.000/US$. Hal itu mengingat defisit neraca berjalan
diperkirakan masih akan tinggi.
"Harusnya secara kebijakan itu
rupiah bisa stabil cenderung menguat tapi ya masih di angka Rp 10.400-Rp
10.500 per US$, nggak mungkin rupiah bisa di bawah Rp 10.000 US$," kata
Analis Multilateral & Corporate Trainer PT. Millennium Penata
Futures, Suluh Adil Wicaksono saat dihubungi detikFinance, di Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Suluh
menjelaskan, paket kebijakan ekonomi yang telah disampaikan pemerintah
ternyata tidak terlalu berdampak positif terhadap pergerakan nilai tukar
rupiah.
Pasalnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hanya
mampu bergerak di angka Rp 10.770 per dolar AS. Bahkan, Dolar sempat
tembus lagi ke level Rp 11.000 siang tadi.
"Pengumuman kebijakan
ini tidak ada pengaruh besar ya selama defisit neraca berjalan tetap
tinggi. Akan susah di bawah Rp 10 ribu tapi paling tidak stabil, kalau
lemah nggak apa-apa yang penting kan perlahan, nggak langsung," ujarnya.
Dia
menambahkan, saat ini yang paling dibutuhkan pasar adalah stabilitas
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, bukan masalah fluktuasinya.
"Yang
dibutuhkan pelaku pasar adalah stabilitas bukan naik turunnya.
Sebenarnya kebijakan ekonomi pemerintah itu bagus kalau yang nomor 1-3
tapi kalau yang nomor 4 itu diragukan karena memberi perizinan investasi
sekarang prosedurnya masih sulit," kata dia.
No comments:
Post a Comment