Jakarta - Analis pasar uang memprediksi pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan berlanjut pada pekan depan
sebagai dampak dari kondisi ekonomi dalam negeri maupun global.
Analis
Rupiah yang juga Direktur Currency Management Group Farial Anwar
memprediksi, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS) di awal perdagangan pekan depan masih akan bergerak melemah
di atas Rp 10.800.
"Minggu depan (Senin besok) pelemahan rupiah masih akan berlanjut di atas Rp 10.800," ujar Farial kepada detikFinance, di Jakarta, Minggu (25/8/2013).
Ia
menjelaskan, penyebab rupiah masih terus melemah adalah kebutuhan
masyarakat Indonesia terhadap dolar AS masih tinggi sementara persediaan
terbatas. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebabnya.
"Kepanikan
masih akan berlanjut ya karena permintaan dolar banyak, supply and
demand tidak seimbang, impor lebih besar dari ekspor," katanya.
Selain itu, utang valuta asing (valas) baik pemerintah maupun swasta masih tinggi. Hal ini menyebabkan rupiah terus melemah.
Menurutnya
paket kebijakan ekonomi yang diberikan pemerintah nyatanya tidak
direspons positif oleh pasar pada pekan lalu. Pasalnya, paket kebijakan
ekonomi tersebut, hanya berlaku untuk antisipasi jangka panjang dan
tidak berlaku apa-apa untuk meredam kepanikan pasar di jangka pendek.
"Saya
melihatnya dampaknya nggak banyak, itu kan jangka panjang
kebijakan-kebijakan yang dikasih, bukan kemanisan pasar untuk jangka
pendek," ujarnya.
Farial menambahkan, pemerintah atau pun Bank
Indonesia (BI) harus bisa mencari solusi jangka pendek untuk
menghentikan kepanikan pasar, misalnya dengan tak memberlakukan rezim
kapital bebas atau rezim bebas di pasar keuangan Indonesia yang
menyebabkan rupiah melorot.
"Asing harus dikendalikan, jangan dibiarkan untuk bisa keluar masuk secara bebas di pasar keuangan kita," kata Farial.
No comments:
Post a Comment