REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku usaha meragukan empat paket
kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah berhasil mengatasi masalah
ekonomi dan melemahnya rupiah saat ini. Lambatnya langkah yang diambil
pemerintah dikhawatirkan justru merugikan pelaku usaha dan pelaku
industri.
"Paket kebijakan kami kira tidak akan selesaikan
masalah. Kecuali ada paket stimulus dan terus menerus seperti yang
dikeluarkan pada masa orde baru dulu," kata Ketua Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) Anton Supit dalam diskusi 'Rupiah Bikin Resah' di
Warung Daun, Jakarta, Sabtu (24/8).
Anton mengungkapkan, harusnya
pemerintah mau belajar dari krisis yang dihadapi pada 1998 dan 2008.
Defisit menurutnya sudah berlangsung selama tujuh triwulan. Namun,
pemerintah baru membuat argumentasi saat ini.
Ibaratnya, kebijakan
yang diambil meskipun baik tetapi dilakukan pada waktu yang buruk.
"Harusnya kan mengambil kebijakan yang bak saat kondisi yang baik juga.
Jadi diantisipasi dulu," ujarnya.
Persoalan pokok yang dihadapi
pelaku usaha saat ini dijelaskan Anton adalah bagaimana memenuhi upah
buruh yang sudah terlanjur naik hingga 100 persen. Bila kondisi moneter
tidak membaik, akan berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK)
besar-besaran.
Pada saat yang sama, nyaris semua pelaku usaha
kehilangan kepercayaan diri serta kepercayaan kepada kebijakan
pemerintah. Lantaran krisis moneter diperparah dengan defisit hingga 9.8
Miliar Dolar AS.
Meski semua dolar AS dicairkanm tidak akan
berpengaruh banyak karena sudah defisit. Walaupun ada intervensi dari
Bank Indonesia sekalipun.
"Akan ada hutang jatuh tempo di akhir
tahun. Orang awam khawatir kehilangan momentum, akibatnya orang yang
tidak perlu memiliki dolar mau beli dolar juga," kata Anton menjelaskan.
Pelaku
usaha semakin tidak percaya kepada kebijakan pemerintah, karena banyak
program yang tidak berjalan dengan baik. Di tengah kondisi defisit dan
pertumbuhan ekonomi yang turun, pemerintah masih terlalu percaya diri
dengan menargetkan angka capaian pertumbuhan hingga 6.4 persen.
Kebijakan
ekonomi pemerintah, dinilai Anton kehilangan relevansinya bagi pelaku
usaha. Yang dibutuhkan pengusaha adalah bagaimana menurunkan porsi biaya
untuk buruh tanpa merugikan buruh itu sendiri.
"Kalau diberikan reduction pajak dimana relevansinya. Jangan sampai sakit jantung dikasih obat pilek," kata dia.
No comments:
Post a Comment