Jakarta - Kamis, 8 Agustus 2013 lalu, langit tampak
cerah. Dengan mengenakan baju muslim berwarna biru dan dibalut kerudung
warna senada, Siti Halimah Tusadiah (22) terlihat cantik.
Momen
lebaran yang saat itu hendak digunakan Siti untuk bersilahturahmi dengan
keluarga Subali alias Ali (25) di Rumpin, Bogor. Namun, malang tak
dapat dihindari. Mahasiswi Universitas Pamulang itu justru tewas di Hari
Idul Fitri, dibunuh oleh Ali yang merupakan kekasihnya itu.
Sebelum
pembunuhan itu terjadi, korban berpamitan kepada orangtuanya di Pondok
Aren, Tangerang Selatan, untuk reuni dengan teman-temannya.
"Saya tidak berniat membunuh dia," kata Ali lirih, di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Hubungan
Ali dengan korban sudah berjalan selama 1 bulan, setelah sebelumnya
sempat putus pada tahun 2012 lalu. Hubungannya di tahun lalu, diakui
pekerja taman itu berlangsung singkat.
"Tidak sampai satu bulan,
kemudian kita putus. Tetapi kontak-kontakan masih, lewat Facebook.
Kemudian pacaran lagi sebelum puasa kemarin," ujar Ali.
Kedua sejoli ini awalnya bertemu setelah dikenalkan oleh teman perempuan korban, yang tidak lain merupakan mantan pacar Ali.
"Waktu itu saya pacaran sama temannya. Lalu putus dan jadian sama dia (korban-red)," katanya.
Silaturahmi
Sehari
sebelum lebaran, atau tepatnya Rabu 7 Agustus malam, Ali mendapat
panggilan telepon dari kekasihnya itu. Awalnya, Siti ingin
bersilaturahmi dengan keluarga Ali di Kampung Jampang RT 4/1 Desa
Sukasari, Rumpin, Bogor.
"Dia nelepon saya, katanya mau main ke
rumah saya pas lebaran. Katanya pengen silaturahmi sama keluarga saya,"
kata pria lajang ini.
Ali pun mengamini kehendak Siti itu.
Keesokan harinya, 8 Agustus bertepatan dengan Idul Fitri, sekitar pukul
14.30 WIB, kedua sejoli ini pun bertemu. Ali lalu menjemput kekasihnya
itu di Munjul, Pamulang. Sepanjang perjalanan dari Munjul ke Rumpin,
Bogor, Siti terus memegang handphone Ali. Di tengah perjalanan itu, Siti
mengamanatkan kepada Ali untuk tidak pulang hingga larut malam.
"Di
jalan dia bilang 'kalau bisa jangan pulang malam'. Akhirnya saya lewat
Gunung Sindur, nyeberang getek untuk menuju rumah saya. Menyeberang
getek lebih cepat sampai," kata Ali.
Dalam perjalanan, Ali
menanyakan maksud Siti ke rumahnya. Ali sendiri awalnya tidak ingin Siti
datang ke rumahnya lantaran di rumahnya itu sedang banyak orang.
"Di
jalan saya tanya 'mau ngapain ke rumah'. Dia bilang kangen, mau
silaturahmi saja. Dia bilang kangen juga percuma, nggak bisa
ngapa-ngapain. Nah sepanjang jalan itu, dia pegang terus HP saya," kata
dia.
Namun, sebelum ke rumahnya, Ali membawa Siti ke perkebunan
kelapa di wilayah Kampung Jampang, Rumpin, Bogor. Di situ mereka sempat
bercumbu, sebelum akhirnya korban dihabisi nyawanya oleh Ali.
Kesal
Setalah
melakukan hubungan intim, keduanya pun memutuskan untuk segera menuju
ke rumah Ali. Ali pun lantas meminta telepon genggam miliknya yang
sedari tadi dipegang oleh korban. Betapa kagetnya Ali ketika melihat
seluruh kontak di handphone-nya sudah hilang.
"Tadinya saya mau
telepon adik saya, mau menanyakan ada siapa saja yang di rumah. Eh malah
kontak-kontak dihapusin semua sama dia. Dia cemburu karena mungkin ada
SMS dari temen cewek yang bilang 'say..say' ke saya," kata Ali.
Dengan
nada tinggi, Ali menanyakan alasan korban menghapus data kontak di
phonebook-nya. Namun, pertanyaan Ali tidak disambut baik oleh korban.
"Dia malah bilang, terus masalah buat lo?" Ujar Ali.
Dijerat Kerudung
Keduanya
pun cekcok, hingga akhirnya Ali memutuskan untuk mengakhiri hubungan
asmaranya dengan korban. Mendapat ancaman tersebut, korban balik
mengancam Ali.
"Dia mengancam akan menyebarluaskan bahwa saya dan dia pernah berhubungan intim melalui Facebook," aku Ali.
Ali
pun hilang kesabaran. Dengan spontan, Ali mencekik leher korban dengan
tangannya hingga korban tersungkur ke tanah. Dengan penuh amarah, Ali
terus membenamkan wajah korban ke tanah hingga korban melemah.
Seketika
Ali panik, ketika membalikkan tubuh korban. Korban tak bergeming.
Kekalutan menyelimuti pikiran Ali. Saat itu terlintas dipikirannya untuk
menghabisi nyawa korban lantaran khawatir korban akan buka mulut bila
membiarkan korban di lokasi.
"Saya panik kalau dia sadar gimana.
Saya mikir lama, gimana nih. Kalau nanti dia masih hidup, buka mulut,
lalu saya ada punya pikiran lewatin saja,lalu saya ikat lehernya pakai
kerudung," katanya.
Setelah menjerat leher korban dengan kerudung
biru yang dikenakan korban, Ali lalu menyembunyikan mayat korban di
balik semak-semak bersama notebook merek HP milik korban.
Dibuang ke Sungai
Setelah
meninggalkan korban di semak-semak di perkebunan kelapa, Ali lalu
pulang ke rumahnya. Saat berada di rumah, Ali dilanda kecemasan dan
kekhawatiran mayat korban akan ditemukan warga.
"Kemudian terpikir oleh saya untuk membuang mayatnya ke sungai," kata dia.
Sekitar
pukul 20.00 WIB, Ali pun kembali ke perkebunan kelapa. Dengan meminjam
motor Yamaha Mio milik temannya, Ali bergegas menuju perkebunan sambil
membawa sebuah karung beras.
"Saya cek mayatnya masih ada saat
itu. Lalu saya masukin ke karung, lalu saya ikat karungnya, lalu saya
bawa ke Sungai Cisadane, mayatnya lalu saya buang ke sungai itu.
Handphone dia saya buang juga di sungai," jelas Ali.
Setelah
membuang mayat korban, kegelisahan Ali sedikit berkurang. Ali kemudian
mengembalikan motor yang dipinjam dari temannya itu. Di situ, ia
menghabiskan waktu untuk bermain Play Station (PS).
"Saya di situ main PS sama temen sampai jam 3 pagi biar nggak kepikiran terus. Lalu saya pulang, tidur," kata dia.
Kecemasan
Ali kian bertambah ketika mendengar tetangganya ramai memperbincangkan
perihal penemuan mayat di Sungai Cisadane. Ali lalu bertanya-tanya
kepada tetangganya mengenai identitas mayat tersebut.
"Saya tanya
ke teman, mayatnya laki-laki apa perempuan. Dibilang mayatnya
perempuan. Di situ saya langsung cemas, mayat dia sudah ditemukan," kata
dia.
Curhat ke Paman
Selasa 13 Agustus
merupakan hari yang paling mencemaskan bagi Ali, ketika ia mendapat
telepon dari pamannya. Sang paman yang saat itu memintanya untuk segera
pulang. Saat itu, ia mengetahui bahwa polisi hendak menangkapnya.
"Di balik telepon saya dengan suara ribut, sepertinya polisi. Tapi paman saya tidak bilang ada polisi," katanya lirih.
Tidak
hanya paman, bibi Ali pun mendesak Ali untuk menyerahkan diri ke
polisi. Saat itu, ia curhat ke pamannya. Ia mengakui ke pamannya bahwa
ialah pembunuh wanita yang ditemukan dalam karung beras di Sungai
Cisadane, Rumpin, Bogor, pada tanggal 9 Agustus 2013.
"Lalu ibu saya menelepon dan meminta saya untuk pulang," katanya sambil menangis.
Kabur
Panggilan
telepon keluarga membuat Ali berniat untuk melarikan diri. Namun, saat
di perjalanan, ia berubah pikiran. Ia lalu memutuskan untuk melarikan
diri.
"Di jalan itu saya bingung harus ke mana. Lalu terpikir,
saya pernah kerja di Ibu Elem di Cibinong. Saat itu saya langsung menuju
ke Cibinong," kata Ali.
Setibanya di rumah Elem, Ali menyatakan
maksudnya untuk bekerja di rumah mantan bosnya itu. Tanpa mengetahui
permasalahan yang tengah melilit Ali, Elem pun menerimanya.
"Saya di situ tiga hari," ucapnya.
Pelarian
Ali pun berakhir. Bertepatan di Hari Kemerdekaan RI pada Sabtu, 17
Agustus malam, Ali dibekuk. Tanpa perlawanan, Ali pun digiring ke Markas
Polda Metro Jaya.
"Waktu ditangkap saya lagi tidur," tutup anak sulung dari empat bersaudara itu.
Penyesalan
selalu datang belakangan. Ali kini harus menjalani kurungan atas
perbuatannya menghilangkan nyawa seseorang. Ia dijerat dengan Pasal 338
KUHP dengan ancaman pidana seumur hidup atau penjara maksimal 20 tahun
penjara.
No comments:
Post a Comment