SENDAWAR - Jual beli bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi adalah perbutaan yang melanggar peraturan. Apabila masih
terjadi, pemerintah Kabupaten Kutai Barat (Kubar) bersama aparat
keamanan diminta bertindak tegas.
Hal tersebut disampaikan External Relation Pertamina Marketing
Operation Region VI Kalimantan Rudy Biantoro, ketika ditanya media ini
tentang masih sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi di Kubar, Jumat (16/8)
kemarin.
Selain itu, di Kubar juga masih marak pengecer yang menjual BBM di
atas harga Rp 6.500 per liter. Rudy mengharapkan agar aparat setempat
berani melakukan penertiban. Jika tidak, maka kekurangan BBM di Kubar
akan terus berlangsung. Pasalnya, pengecer ilegal tersebut jelas
mendapatkan BBM dari pengetap. “Dalam sehariu satu tangki pun bakal
habis apabila dijual. Makanya perlu segera diatur dan disikapi dengan
tegas,” katanya.
Mengenai stok BBM di Kubar, menurut Rudy sudah ditetapkan pusat sesuai
jumlah penduduk. Melihat stok BBM di Kubar dengan kondisi jumlah
penduduk saat ini, diakuinya sudah memadai. Tinggal aturan daerah yang
harus dipertegas. Misalnya di Balikpapan, sudah ada peraturan wal ikota
yang membatasi pembelian BBM per hari di depot resmi. Untuk kendaraan
roda dua maksimal 3 liter dan roda empat Rp 150 ribu. “Sekarang, berani
atau tidak aturan semacam itu diterapkan di Kubar?” singgungnya.
Ke depan, menurutnya ada wacana pemasangan radio frequency
identification (RFID). Melalui RFID, setiap kendaraan yang akan membeli
BBM dapat terpantau. Namun penggunaan RFID ini baru diterapkan di
Jabodetabek. “Kalau di Kalimantan apalagi di Kubar, kami masih
menunggu,” pungkasnya.
Pantauan media ini Jumat kemarin, harga BBM di tingkat pengecer di
ibukota kabupaten Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu per liter. Apabila harus
membeli BBM bersubsidi di SPBU/APMS mesti antre berjam-jam. Itupun masih
sulit mendapatkan BBM, karena sejak pagi sudah dipenuhi ratusan roda
dua dan empat di setiap SPBU/APMS. Padahal di setiap SPBU/APMS sudah
dijaga aparat keamanan gabungan yang dibiayai Pemkab Kubar.
“Entah kapan warga bisa mendapatkan BBM terutama premium harga subsidi
Rp 6.500 per liter. Sampai sekarang terpaksa harus membeli BBM Rp 10
ribu,” keluh Tono, warga Kecamatan Sekolaq Darat. (rud/san)
No comments:
Post a Comment