Jakarta - Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM
subsidi pada Juni 2013 lalu ternyata menimbulkan dampak tak enak bagi
Menteri Keuangan sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) Chatib Basri. Apa dampaknya?
Chatib mengatakan, pasca
keputusan harga BBM naik, dirinya dimusuhi oleh banyak orang. "Saya
naikkan harga BBM subsidi dimusuhi semua orang," kata Chatib di sela
acara halal bihalal di Auditorium kantor BKPM, Jakarta, Senin
(19/8/2013).
Padahal, menurut Chatib, keputusan kenaikan harga BBM subsidi membuat pemerintah mempunyai tabungan sebesar Rp 18,4 triliun.
"Padahal
efeknya terhadap kenaikan harga BBM subsidi tersebut pemerintah saat
ini memiliki tabungan Rp 18,4 triliun, dan tabungan tersebut
dialokasikan Rp 13 triliun untuk tambahan anggaran infrastruktur,"
ujarnya.
Padahal, jika tidak ada tabungan dari keputusan menaikkan harga BBM subsidi tersebut, anggaran infrastruktur di 2014 turun.
"Harusnya anggaran infrastruktur tahun 2014 turun, tapi karena ada tabungan itu, jadinya naik," katanya.
Dengan
mengalokasikan Rp 13 triliun ke infrastruktur, pemerintah berharap
dapat menjadi stimulus terutama terbukanya lapangan kerja baru.
"Harapannya
dengan tambahan anggaran ke infrastruktur yang berasal dari penghematan
subsidi BBM akan terjadi tambahan lapangan kerja baru, ada pekerjaan,
masyarakat mendapatkan pendapatan, ada pendapatan masyarakat bisa
belanja, belanja ini akan mendorong ekonomi Indonesia," jelas Chatib.
Jika
ingin anggaran infrastruktur tambah besar dan makin banyak lapangan
kerja baru yang tersedia maka salah satunya menaikkan lagi harga
BBM-nya.
"Tapi untuk menaikkan harga BBM lagi kan tidak mudah,
itu keputusan politik dan dampaknya ke mana-mana, seperti saat ini
inflasi Juli mencapai 3,3% naik tinggi dan berpengaruh daya beli dan
investasi di customer goods juga kurang baik saat ini, dampak inflasi
sendiri masih akan terasa di Agustus ini, mungkin September baru mulai
normal," tandasnya.
No comments:
Post a Comment