Monday, 19 August 2013

IHSG Bisa Terperosok ke Level 4.200-an

JAKARTA - Kejutan yang datang dari beberapa indikator ekonomi diproyeksi akan menarik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depannya. IHSG pun ditaksir akan bisa terpuruk di kisaran 4.200-an.

“Ingat, setidaknya dalam enam minggu terakhir, IHSG sudah mampir dua kali di sekitaran level 4.400. Maka, bukan tidak mungkin jika ada eskalasi negatif di luar ekspektasi dari beberapa indikator tersebut akan menarik lebih jauh IHSG ke 4.224,” kata Head of Research KSK Financial Grup David Cornelis kepada Okezone di Jakarta, Senin (19/8/2013).

Dia melanjutkan, secara siklikal Agustus hingga Oktober adalah bulan-bulan di mana IHSG melemah. Adapun dari sisi historis, tidak ada korelasi yang signifikan 1 bulan setelah bulan puasa terhadap IHSG, hanya lebih cenderung turun 57 persen, sejak tahun 1990 terdapat 13 bulan dari 23 bulan.

Dalam dua bulan terakhir IHSG hanya berputar di sekitar level 4.646, dengan deviasi 200 poin. Adapun dalam tren yang lebih besar IHSG bergerak dalam tren yang turun dalam jangka menengah. Telah tiga kali IHSG mencoba kembali naik menuju level psikologis 5.000. Namun terhenti pada 19 Juni (di level tertingginya di 4.880), 28 Juni (4.819), 24 Juli (4.779).

“Namun titik tertinggi yang tercipta tiga kali selalu lebih rendah dari posisi sebelumnya, artinya dalam jangka menengah masih tetap dalam tren turun,” jelas dia.

Ke depannya, pergerakan bursa ke depannya tentu masih bergantung dan terdistorsi dari beberapa estimasi dan derivasi pada beberapa faktor, seperti (ekspektasi) Inflasi (yang tinggi, hingga di atas 8 persen) yang terhubung dengan BI Rate (yang seharusnya tidak naik lagi, paling tidak batas atasnya hingga 7 persen) di atas ekspektasi, maupun dari kebijakan the Fed September mendatang.

“Rupiah juga masih terkait erat dengan defisit kembar dan cadangan devisa yang menurun di bawah level psikologisnya,” jelas dia.

Diekspektasikan, IHSG dapat bertahan dan memantul di zona 4.373-4.314. Beli selektif sektor yang berorientasi domestik dan sektor kurang sensitif terhadap suku bunga seperti konsumsi, farmasi, infrastruktur, telekomunikasi, ritel, semen, dan konstruksi.

Sedangkan secara teknis, berikut beberapa saham selektif yang dapat diperhatikan, ASII, BKSL, JSMR, MAPI, PGAS, TLKM, WIKA. “Buy on weakness bertahap,” jelas dia.

No comments:

Post a Comment