Tidak jauh di pintu masuk Coffee Bean, Plaza Senayan, Jakarta Selatan,
seorang lelaki paruh baya berkemeja putih duduk seorang diri dan hanya
ditemani segelas kopi hangat. Di sela jemarinya, sebatang cerutu coklat
baru saja dia isap dan nyaris padam.
Rambut pria itu sebagian
hampir memutih, namun tidak terlihat perawakannya menandakan dia berumur
63 tahun. Aldo bukan nama sebenarnya, sudah empat tahun menikmati aroma
dan legitnya tubuh ayam kampus dari berbagai perguruan tinggi swasta
atau negeri di Jakarta.
Paling tidak seminggu dua kali dia wajib
tidur bersama ayam kampus. "Dulu seminggu dua kali dan sudah setahun
ini saya nggak pernah lagi," kata Aldo saat berbincang dengan
merdeka.com di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, awal bulan ini.
Untuk
berkencan dengan mahasiswi bergaya necis itu dia tidak segan
mengeluarkan fulus puluhan juta untuk melobi. Bahkan dia rela
membelanjakan buruannya barang-barang bermerek kelas wahid dan perangkat
telekomunikasi teranyar.
Ya kalau ketemu tidak selalu begitu,
kadang makan bareng, ujarnya. Dari sana dia mengenal banyak ayam kampus.
Kebanyakan dari mereka tahu satu sama lain.
Saking royalnya,
Aldo begitu populer di kalangan ayam kampus kelas kakap. Selama empat
tahun mencicipi ayam kampus, dia mengaku tidak pernah meniduri perawan.
Dia pernah ditawari gadis perawan seharga Rp 25 juta, tapi dia tolak.
Namun
Aldo tidak suka selera murahan. Perempuan langsung manut diajak tidur
saat dilobi tidak masuk kriterianya. Namanya juga berburu, jadi harus
menantang, ujarnya.
Tania, penyedia ayam kampus, menerangkan
piaraannya bisa disewa hingga sebulan. Kalau mau satu bulan tarifnya Rp
50 juta. Saat ini yang dari kampus Depok sedang dibawa ke London,
tuturnya melalui pesan BlackBerry.
No comments:
Post a Comment