Jakarta - Tingginya biaya buruh di Indonesia membuat
industri tekstil dalam negeri kalah dibandingkan dengan Vietnam. Saat
ini, Vietnam berada di urutan 3 negara produsen dan eksportir tekstil
dunia. Sedangkan Indonesia terus bertahan di urutan 6.
Ketua
Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia Ade Sudrajat mengaku miris dengan
kondisi ini. Karena, ekspor tekstil dan produk tekstil dari Vietnam baru
dilakukan 10 tahun lalu. Kalau Indonesia, sudah 40 tahun melakukan
ekspor.
"Di tahun 2012 kita secara resmi dikalahkan oleh
Vietnam," kata Ade dalam sebuah diskusi di Menara Kadin, Kuningan,
Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Ade mengatakan, pada tahun 2000, saat
Vietnam baru menjajaki sektor industri tekstil, urutannya adalah 22.
Namun tahun lalu, urutan Vietnam melonjak menjadi nomor 3. "Indonesia
dari dulu sampai sekarang masih saja di posisi 6," lanjutnya.
Banyak
faktor yang menyebabkan daya saing Indonesia di sektor industri tekstil
kalah dari negara Vietnam. Faktornya antara lain menurut Ade adalah
keberpihakan pemerintah dalam menetapkan kebijakan pajak terhadap
industri.
Selain itu, adalah karena upah di Vietnam yang lebih
murah dibanding di Indonesia. "Di sana upah US$ 75, di sini US$ 200,"
katanya.
Ade melanjutkan, indikator yang paling jelas menunjukkan
daya saing sektor industri tekstil di Indonesia kalah dengan Vietnam
adalah dengan nilai eskpor dari kedua negara.
Di 2012, Indonesia
mengimpor tekstil dan produk tektil dengan nilai US$ 12,5 milar,
sedangkan Vietnam sudah mencapai US$ 18 miliar.
"Tahun ini kita perkirakan ekspor Indonesia bisa naik hingga US$ 13,3," jelasnya.
No comments:
Post a Comment