Monday, 9 September 2013

Imigran Gelap, Indonesia Harus Tegas Terhadap Australia

Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia harus bisa bersikap tegas terkait imigran gelap setelah kemenangan Tony Abbott di pemilu Australia.

Ketua oposisi dari koalisi Liberal-Nasional, Tony Abbott, dipastikan keluar sebagai pemenang dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar Sabtu (7/8).

Menurut Komisi Pemilu Australia (AEC) kubu opsisi dengan Partai Liberal (ALP) sebagai pemain utama berhasil menang mutlak dengan memperoleh 91 dari 150 kursi yang ada di parlemen, dan sisanya adalah milik kandidat petahana PM Kevin Rudd.

Meski baru akan dilantik pekan depan, Abbott sudah membuat rencana besar mengenai kebijakan luar negeri yang akan dijalankan pemerintahannya. Abbott menekankan akan menjadikan Asia sebagai fokus utama sebelum Eropa (Inggris) dan Amerika Serikat (AS). Indonesia menjadi negara pertama yang akan dikunjung Abbott dalam waktu dekat ini disusul China, Jepang, dan Korea Selatan.

Faktor kedekatan dan kekuatan Indonesia yang tengah berkembang menjadi alasan utama lawatan Abbot ke Tanah Air. Selama masa kampanye dan setelah terpilih, Abbott mengatakan isu imigran gelap atau pencari suaka yang masuk ke Australia adalah masalah utama yang akan dia tangani.

Abbott berencana akan menggelontorkan dana sebesar AUS$420 juta untuk membeli perahu atau kapal para nelayan Indonesia guna meredam laju pencari suaka yang masuk ke Australia. Abbott juga mengiming-imingi akan memberikan hadiah uang bagi masyarakat Indonesia yang mau melaporkan keberadaan imigran yang akan menyeberang ke Australia.

Menanggapi hal itu, pakar studi Australia dan Pasifik dari Universitas Gajah Mada, Dafri Agussalim, mengungkapkan, hubungan Australia dan Indonesia akan menegang di bawah kepemimpinan Abbott. Menurutnya, pendekatan Abbott yang keras mengenai imigran gelap atau pencari suaka akan menimbulkan gesekan di kawasan, khususnya dengan Indonesia.

Menurut lulusan master ilmu politik dari Australian National University itu, Indonesia selama ini hanya dijadikan tameng atau buffer oleh Australia dalam membendung laju imigran gelap.
Pemerintah Australia, kata Dafri, seharusnya menyelesaikan persoalan imigran gelap secara komprehensif yaitu melibatkan semua pihak yang terkait dengan masalah tersebut.

“Australia hanya mengatasi ketika imigran gelap itu ada atau masuk ke Australia. Seharusnya solusinya itu adalah mengatasi dari sumbernya, negara-negara asal imigran gelap itu diajak duduk bersama-sama untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut,” ungkap pengajar Hubungan Internasional itu kepada Media Indonesia, Minggu (8/9).

Pengamat Hubungan Internasional lainnya, Hikmahanto Juwana, menilai sudah saatnya Pemerintah Indonesia bersuara lantang menentang rencana program penanganan penyelundupan manusia Australia pascakemenangan Abbott.

Menurut Hikmahanto, dengan kemenangan Tony Abbott maka kini saatnya ia akan mengimplementasikan janji kampanye dan tentunya rakyat Australia akan mendesak agar dilaksanakan janji-janji tersebut.

Pendekatan Abbott soal imigran gelap, ujarnya, seolah-olah Indonesia bagian dari negara Australia yang tidak memiliki kedaulatan. Dia mengatakan bawa sesungguhnya kebijakan itu melecehkan pemerintah Indonesia karena Indonesia dijadikan tentara bayaran untuk melakukan pekerjaan kotor demi uang (Reuters/Independent/ Haufan Hasyim Salengke)

No comments:

Post a Comment