Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia harus bisa bersikap tegas terkait imigran gelap setelah kemenangan Tony Abbott di pemilu Australia.
Ketua oposisi dari koalisi Liberal-Nasional, Tony Abbott, dipastikan
keluar sebagai pemenang dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar Sabtu
(7/8).
Menurut Komisi Pemilu Australia (AEC) kubu opsisi dengan Partai Liberal
(ALP) sebagai pemain utama berhasil menang mutlak dengan memperoleh 91
dari 150 kursi yang ada di parlemen, dan sisanya adalah milik kandidat
petahana PM Kevin Rudd.
Meski baru akan dilantik pekan depan, Abbott sudah membuat rencana besar
mengenai kebijakan luar negeri yang akan dijalankan pemerintahannya.
Abbott menekankan akan menjadikan Asia sebagai fokus utama sebelum Eropa
(Inggris) dan Amerika Serikat (AS). Indonesia menjadi negara pertama
yang akan dikunjung Abbott dalam waktu dekat ini disusul China, Jepang,
dan Korea Selatan.
Faktor kedekatan dan kekuatan Indonesia yang tengah berkembang menjadi
alasan utama lawatan Abbot ke Tanah Air. Selama masa kampanye dan
setelah terpilih, Abbott mengatakan isu imigran gelap atau pencari suaka
yang masuk ke Australia adalah masalah utama yang akan dia tangani.
Abbott berencana akan menggelontorkan dana sebesar AUS$420 juta untuk
membeli perahu atau kapal para nelayan Indonesia guna meredam laju
pencari suaka yang masuk ke Australia. Abbott juga mengiming-imingi akan
memberikan hadiah uang bagi masyarakat Indonesia yang mau melaporkan
keberadaan imigran yang akan menyeberang ke Australia.
Menanggapi hal itu, pakar studi Australia dan Pasifik dari Universitas
Gajah Mada, Dafri Agussalim, mengungkapkan, hubungan Australia dan
Indonesia akan menegang di bawah kepemimpinan Abbott. Menurutnya,
pendekatan Abbott yang keras mengenai imigran gelap atau pencari suaka
akan menimbulkan gesekan di kawasan, khususnya dengan Indonesia.
Menurut lulusan master ilmu politik dari Australian National University
itu, Indonesia selama ini hanya dijadikan tameng atau buffer oleh
Australia dalam membendung laju imigran gelap.
Pemerintah Australia, kata Dafri, seharusnya menyelesaikan persoalan
imigran gelap secara komprehensif yaitu melibatkan semua pihak yang
terkait dengan masalah tersebut.
“Australia hanya mengatasi ketika imigran gelap itu ada atau masuk ke
Australia. Seharusnya solusinya itu adalah mengatasi dari sumbernya,
negara-negara asal imigran gelap itu diajak duduk bersama-sama untuk
mencari jalan keluar dari masalah tersebut,” ungkap pengajar Hubungan
Internasional itu kepada Media Indonesia, Minggu (8/9).
Pengamat Hubungan Internasional lainnya, Hikmahanto Juwana, menilai
sudah saatnya Pemerintah Indonesia bersuara lantang menentang rencana
program penanganan penyelundupan manusia Australia pascakemenangan
Abbott.
Menurut Hikmahanto, dengan kemenangan Tony Abbott maka kini saatnya ia
akan mengimplementasikan janji kampanye dan tentunya rakyat Australia
akan mendesak agar dilaksanakan janji-janji tersebut.
Pendekatan Abbott soal imigran gelap, ujarnya, seolah-olah Indonesia
bagian dari negara Australia yang tidak memiliki kedaulatan. Dia
mengatakan bawa sesungguhnya kebijakan itu melecehkan pemerintah
Indonesia karena Indonesia dijadikan tentara bayaran untuk melakukan
pekerjaan kotor demi uang (Reuters/Independent/ Haufan Hasyim Salengke)
No comments:
Post a Comment