Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan melakukan kunjungan
ke pabrik Boeing di Seattle, AS. Setelah meninjau pabrik pembuatan
pesawat Boeing, Dahlan sempat berdiskusi dengan para pejabat Boeing. Apa
isinya?
Dahlan bercerita mengenai persoalan bandara di tanah
air. Mantan Dirut PLN ini bertanya kepada Boeing, perihal penggunaan
pesawat yang besar namun irit dan ekonomis.
"Saya mendiskusikan
tentang bandara-bandara utama Indonesia dengan jajaran pimpinan Boeing.
Saya mengemukakan persoalan apakah ada pesawat yang lebih besar dari
Boeing 737 tapi masih ekonomis untuk jarak tempuh pendek antara 1 sampai
2 jam penerbangan," papar Dahlan dalam keterangannya seperti dikutip detikFinance, Kamis (5/9/2013).
Sebagaimana
diketahui, Dahlan menjelaskan bandara-bandara di Indonesia didominasi
pesawat Boeing 737. Jenis itulah pesawat yang ekonomis untuk jarak
pendek.
Misalnya saja, Dahlan mengatakan untuk jurusan
Jakarta-Surabaya yang kini mencapai 40 kali sehari. Kemudian,
Jakarta-Medan 30 kali sehari, Jakarta-Makassar 20 kali sehari,
Jakarta-singapura 20 kali sehari.
"Akibatnya bandara seperti
Jakarta sangat padat. Bahkan di waktu pagi dan sore antre mendapatkan
landasan untuk terbang bisa setengah jam," kata Dahlan.
Kalau
jurusan-jurusan padat tersebut bisa menggunakan pesawat lebih besar dari
737, Dahlan menambahkan frekuensinya bisa dikurangi tanpa menurunkan
kapasitas angkut.
"Saya juga mengemukakan mengapa untuk jarak
kurang dari 1,5 jam dari Singapura ke Jakarta, Singapore Airlines berani
menggunakan pesawat berbadan lebar Boeing 777, yang kelihatannya
melawan teori pesawat itu hanya baik untuk jarak jauh," tambahnya.
"Saya
juga mengajukan persoalan besarnya penambahan pesawat jenis 737 dalam
lima tahun ke depan yang berarti akan terjadi peningkatan kongesti di
bandara. Sedang untuk membangun bandara baru di kota besar memerlukan
biaya besar yang akhirnya menyedot biaya yang mestinya untuk membangun
daerah-daerah yang tertinggal," imbuh Dahlan.
Menanggapi
persoalan itu, Dahlan lebih jauh bercerita, para pimpinan Boeing melihat
bahwa kelihatannya ini memang khas Indonesia. Negara besar, dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi berpulau-pulau.
"Belum ada
solusi yang tepat, tapi Boeing sedang membuat Boeing 787 yang lebih
kecil dari 777 tapi lebih besar dari 737. Seluruh badannya tidak lagi
terbuat dari logam namun dari komposit. Sekarang sudah diproduksi 787
seri 8, tapi prototype seri 9-nya juga sudah jadi dan siap diproduksi,"
paparnya.
"Kelihatannya 787 bisa jadi jalan keluarnya," ujar
Senior Vice President Global Sales Commercial Airplanes Boeing John
Wojick seperti diceritakan Dahlan.
Di Boeing Dahlan juga diajak
meninjau pembuatan pesawat Boeing 777 seri 300 pesanan Garuda Indonesia.
Pesawat 777 yang ketiga itu sudah hampir jadi.
"Mesin dan
keseluruhan body sudah siap. Saat ini lagi pemasangan kursi-kursinya.
Saya dipersilakan naik dan masuk ke dalam pesawat yang masih banyak
pekerja yang memasang kursi. Pesawat ini akan dikirim ke Jakarta akhir
bulan depan. Garuda membeli 10 pesawat jenis ini, dua sudah beroperasi
untuk jurusan Jeddah," tuturnya.
No comments:
Post a Comment