Friday, 6 September 2013

Sstt.. Ini Pembicaraan Dahlan Iskan dengan Pejabat Boeing di AS

Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan melakukan kunjungan ke pabrik Boeing di Seattle, AS. Setelah meninjau pabrik pembuatan pesawat Boeing, Dahlan sempat berdiskusi dengan para pejabat Boeing. Apa isinya?

Dahlan bercerita mengenai persoalan bandara di tanah air. Mantan Dirut PLN ini bertanya kepada Boeing, perihal penggunaan pesawat yang besar namun irit dan ekonomis.

"Saya mendiskusikan tentang bandara-bandara utama Indonesia dengan jajaran pimpinan Boeing. Saya mengemukakan persoalan apakah ada pesawat yang lebih besar dari Boeing 737 tapi masih ekonomis untuk jarak tempuh pendek antara 1 sampai 2 jam penerbangan," papar Dahlan dalam keterangannya seperti dikutip detikFinance, Kamis (5/9/2013).

Sebagaimana diketahui, Dahlan menjelaskan bandara-bandara di Indonesia didominasi pesawat Boeing 737. Jenis itulah pesawat yang ekonomis untuk jarak pendek.

Misalnya saja, Dahlan mengatakan untuk jurusan Jakarta-Surabaya yang kini mencapai 40 kali sehari. Kemudian, Jakarta-Medan 30 kali sehari, Jakarta-Makassar 20 kali sehari, Jakarta-singapura 20 kali sehari.

"Akibatnya bandara seperti Jakarta sangat padat. Bahkan di waktu pagi dan sore antre mendapatkan landasan untuk terbang bisa setengah jam," kata Dahlan.

Kalau jurusan-jurusan padat tersebut bisa menggunakan pesawat lebih besar dari 737, Dahlan menambahkan frekuensinya bisa dikurangi tanpa menurunkan kapasitas angkut.

"Saya juga mengemukakan mengapa untuk jarak kurang dari 1,5 jam dari Singapura ke Jakarta, Singapore Airlines berani menggunakan pesawat berbadan lebar Boeing 777, yang kelihatannya melawan teori pesawat itu hanya baik untuk jarak jauh," tambahnya.

"Saya juga mengajukan persoalan besarnya penambahan pesawat jenis 737 dalam lima tahun ke depan yang berarti akan terjadi peningkatan kongesti di bandara. Sedang untuk membangun bandara baru di kota besar memerlukan biaya besar yang akhirnya menyedot biaya yang mestinya untuk membangun daerah-daerah yang tertinggal," imbuh Dahlan.

Menanggapi persoalan itu, Dahlan lebih jauh bercerita, para pimpinan Boeing melihat bahwa kelihatannya ini memang khas Indonesia. Negara besar, dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi berpulau-pulau.

"Belum ada solusi yang tepat, tapi Boeing sedang membuat Boeing 787 yang lebih kecil dari 777 tapi lebih besar dari 737. Seluruh badannya tidak lagi terbuat dari logam namun dari komposit. Sekarang sudah diproduksi 787 seri 8, tapi prototype seri 9-nya juga sudah jadi dan siap diproduksi," paparnya.

"Kelihatannya 787 bisa jadi jalan keluarnya," ujar Senior Vice President Global Sales Commercial Airplanes Boeing John Wojick seperti diceritakan Dahlan.

Di Boeing Dahlan juga diajak meninjau pembuatan pesawat Boeing 777 seri 300 pesanan Garuda Indonesia. Pesawat 777 yang ketiga itu sudah hampir jadi.

"Mesin dan keseluruhan body sudah siap. Saat ini lagi pemasangan kursi-kursinya. Saya dipersilakan naik dan masuk ke dalam pesawat yang masih banyak pekerja yang memasang kursi. Pesawat ini akan dikirim ke Jakarta akhir bulan depan. Garuda membeli 10 pesawat jenis ini, dua sudah beroperasi untuk jurusan Jeddah," tuturnya.

No comments:

Post a Comment