Semarang - Atik (35), warga Ponowareng, Kabupaten
Batang terlihat emosi saat berbicara dengan polisi yang berjaga di depan
gedung DPRD Jawa Tengah. Ia membentak polisi karena rasa kecewanya
terhadap oknum aparat yang melakukan kekerasan di dekat rumahnya di
kawasan pembangunan PLTU di Batang.
Sejak pukul 11.00 WIB,
ratusan warga Batang tiba di depan gedung DPRD Jateng dengan diangkut
lebih dari 10 truk. Mereka berorasi dengan menggebu-gebu menolak
pembangunan PLTU terbesar se-Asia Tenggara yang berlokasi di Batang itu.
Peserta
aksi menyayangkan aksi brutal yang dilakukan oknum aparat pada hari
Senin (2/9) lalu. Saat itu pihak warga yang awalnya ingin bernegosiasi
tiba-tiba bentrok dan dipukuli oleh oknum aparat. Bahkan dua siswa SMP
juga dipukuli hingga di lempar ke sungai.
"Kemarin ada dua anak
tetangga saya yang hanya lewat untuk membelikan minum. Tapi aparat
memukuli mereka dan dimasukkan ke sungai, giginya sampai rontok, sampai
dibawa ke Rumah Sakit Batang," kata Atik di depan gedung DPRD Jateng,
Jalan Pahlawan, Semarang, Rabu (4/9/2013).
Hal senada dikatakan
oleh seorang nenek bernama Wasimah. Ia berorasi sambil berteriak meminta
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menghentikan megaproyek PLTU
Batang. Ia mengaku menjadi korban dalam bentrokan yang terjadi hari
Senin lalu.
"Saya nenek-nenek dibuang gitu saja ke comberan sama
aparat. Apa itu aparat yang menyakiti rakyat. Kami enggak nuntut dikasih
beras, ikan, dan pekerjaan, kami hanya minta rencana pembanguna PLTU di
Batang dibatalkan," ujarnya.
Selain berorasi, warga juga membawa
amplop raksasa berukuran 5x2 meter bertuliskan "Kepada YTH: Bp. Ganjar
Pranowo, Hal: Keberatan Ijin Amdal PLTU Batang yang berkekuatan 2x1000
megawatt". Amplop tersebut sebagai bentuk simbol menyurati Gubernur
Jateng agar menepati janji dan memindahkan lokasi pembangunan PLTU.
Hingga
saat ini ratusan warga Batang yang dari Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, Wonokerso, dan Roban masih berunjuk rasa. Sedangkan 16
perwakilan diperbolehkan masuk ke kantor Gubernur untuk melakukan
audiensi.
No comments:
Post a Comment