Saint Petersburg - Sejumlah negara emerging
dan berkembang anggota G-20 sedang berjuang melawan guncangan ekonomi
yang terjadi saat ini karena prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat
(AS). Apalagi AS dikhawatirkan bakal mengurangi pasokan dolarnya di
dunia.
Negara-negara anggota G-20 yang pernah bersatu merespons
situasi krisis di 2009, sekarang menghadapi tekanan karena perbaikan
ekonomi AS. Belum lagi, ada kabar bank sentral AS, yaitu The Fed akan
mengurangi program pengurangan moneternya.
"Tugas kami adalah
melanjutkan kestabilan ekonomi global dan juga pertumbuhan ekonomi. Tapi
sayangnya, tugas ini belum terpecahkan," ujar Presiden Rusia Vladimir
Putin dalam pertemuan negara-negara pemimpin G-20 di St. Petersburg,
Kamis (6/9/2013).
Para pemimpin negara di pertemuan tersebut,
saat ini perhatian adalah soal penurunan tenaga kerja dan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, penghindaran pajak dan pengetatan anggaran juga
jadi perhatian dalam pertemuan tersebut. Namun, guncangan ekonomi bakal
menghantam keras negara-negara berkembang.
"Risiko sistemik, kondisi sekarang bisa berpotensi krisis," ujar Putin.
Pertemuan
itu juga membahas soal tensi tinggi di Suriah, perdebatan terjadi
terkait situasi ini. Putin juga menyindir soal rumor kebijakan moneter
di AS yang menimbulkan spekulasi, kebijakan stimulus bakal dikurangi.
Memang,
saat ini pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke soal membaiknya
ekonomi AS, telah memicu penjualan mata uang-mata uang di negara
emerging market seperti Indonesia. Kondisi ini membuat banyak mata uang
jatuh nilainya terhadap dolar. Ketidakpastian The Fed ini merugian
sejumlah negara berkembang di dunia.
Bulan ini, juga muncul kabar
bahwa The Fed akan mengurangi pasokan dolar di dunia. Ini
mengkhawatirkan negara-negara berkembang yang masih memakai acuan dolar
untuk perdagangan internasionalnya.
No comments:
Post a Comment