Friday, 6 September 2013

Negara-negara Berkembang Khawatir AS Perketat Pasokan Dolar

Saint Petersburg - Sejumlah negara emerging dan berkembang anggota G-20 sedang berjuang melawan guncangan ekonomi yang terjadi saat ini karena prospek perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS). Apalagi AS dikhawatirkan bakal mengurangi pasokan dolarnya di dunia.

Negara-negara anggota G-20 yang pernah bersatu merespons situasi krisis di 2009, sekarang menghadapi tekanan karena perbaikan ekonomi AS. Belum lagi, ada kabar bank sentral AS, yaitu The Fed akan mengurangi program pengurangan moneternya.

"Tugas kami adalah melanjutkan kestabilan ekonomi global dan juga pertumbuhan ekonomi. Tapi sayangnya, tugas ini belum terpecahkan," ujar Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan negara-negara pemimpin G-20 di St. Petersburg, Kamis (6/9/2013).

Para pemimpin negara di pertemuan tersebut, saat ini perhatian adalah soal penurunan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penghindaran pajak dan pengetatan anggaran juga jadi perhatian dalam pertemuan tersebut. Namun, guncangan ekonomi bakal menghantam keras negara-negara berkembang.

"Risiko sistemik, kondisi sekarang bisa berpotensi krisis," ujar Putin.

Pertemuan itu juga membahas soal tensi tinggi di Suriah, perdebatan terjadi terkait situasi ini. Putin juga menyindir soal rumor kebijakan moneter di AS yang menimbulkan spekulasi, kebijakan stimulus bakal dikurangi.

Memang, saat ini pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke soal membaiknya ekonomi AS, telah memicu penjualan mata uang-mata uang di negara emerging market seperti Indonesia. Kondisi ini membuat banyak mata uang jatuh nilainya terhadap dolar. Ketidakpastian The Fed ini merugian sejumlah negara berkembang di dunia.

Bulan ini, juga muncul kabar bahwa The Fed akan mengurangi pasokan dolar di dunia. Ini mengkhawatirkan negara-negara berkembang yang masih memakai acuan dolar untuk perdagangan internasionalnya.

No comments:

Post a Comment