VIVAnews -
Presiden Bashar Al-Assad dilaporkan memindahkan para narapidana di
Suriah untuk dijadikan tameng apabila negara itu diserang melalui udara
oleh pihak barat. Tuduhan itu dialamatkan oleh kelompok oposisi pada
kemarin malam.
Surat kabar Daily Mail, Jumat 30 Agustus 2013, melansir pernyataan seorang sumber di ibukota Damaskus yang melaporkan para napi dipindahkan dari sel mereka ke dalam sebuah bus. Mereka dibawa ke beberapa lokasi yang diduga akan dijadikan serangan oleh tentara barat.
Menurut Koalisi Suriah di Istanbul, apabila laporan itu benar, maka aksi Assad kali ini sudah terang-terangan melanggar Hukum Kemanusiaan Internasional.
"Dan siapa pun yang bertanggung jawab atas tindak kejahatan kemanusiaan harus ditahan," tulis Koalisi Suriah dalam sebuah pernyataannya.
Masih menurut mereka, Assad mulai memberlakukan penahanan secara sewenang-wenang sejak revolusi bulan Maret 2011 silam.
"Di dalam penjara penyiksaan Assad, ribuan napi mengalami perilaku yang menyedihkan. Mereka dipaksa untuk menjalani hidup penuh siksaan, ketakutan dan intimidasi oleh tentara intelijen Assad," tutur mereka.
Namun sayang, lokasi di mana para napi itu ditahan tidak diketahui. Namun menurut mereka, kebanyakan dari napi langsung dieksekusi mati dengan cara ditahan di tempat tentara Assad membawa bahan peledak atau disiksa hingga meregang nyawa.
Sementara di saat yang bersamaan, kelompok oposisi melaporkan Assad ikut memindahkan beberapa rudal Scud dan puluhan peluncur dari pangkalan di utara Damaskus. Dia bermaksud untuk melindungi alutsista tersebut dari serangan tentara barat.
Menurut seorang diplomat yang ditempatkan di Timur Tengah, Assad memindahkan alutsista itu dari kaki bukit Gunung Qalamoun. Namun jumlahnya hanya sebagian.
Surat kabar Daily Mail, Jumat 30 Agustus 2013, melansir pernyataan seorang sumber di ibukota Damaskus yang melaporkan para napi dipindahkan dari sel mereka ke dalam sebuah bus. Mereka dibawa ke beberapa lokasi yang diduga akan dijadikan serangan oleh tentara barat.
Menurut Koalisi Suriah di Istanbul, apabila laporan itu benar, maka aksi Assad kali ini sudah terang-terangan melanggar Hukum Kemanusiaan Internasional.
"Dan siapa pun yang bertanggung jawab atas tindak kejahatan kemanusiaan harus ditahan," tulis Koalisi Suriah dalam sebuah pernyataannya.
Masih menurut mereka, Assad mulai memberlakukan penahanan secara sewenang-wenang sejak revolusi bulan Maret 2011 silam.
"Di dalam penjara penyiksaan Assad, ribuan napi mengalami perilaku yang menyedihkan. Mereka dipaksa untuk menjalani hidup penuh siksaan, ketakutan dan intimidasi oleh tentara intelijen Assad," tutur mereka.
Namun sayang, lokasi di mana para napi itu ditahan tidak diketahui. Namun menurut mereka, kebanyakan dari napi langsung dieksekusi mati dengan cara ditahan di tempat tentara Assad membawa bahan peledak atau disiksa hingga meregang nyawa.
Sementara di saat yang bersamaan, kelompok oposisi melaporkan Assad ikut memindahkan beberapa rudal Scud dan puluhan peluncur dari pangkalan di utara Damaskus. Dia bermaksud untuk melindungi alutsista tersebut dari serangan tentara barat.
Menurut seorang diplomat yang ditempatkan di Timur Tengah, Assad memindahkan alutsista itu dari kaki bukit Gunung Qalamoun. Namun jumlahnya hanya sebagian.
Pindahkan Rudal
Laporan itu diperkuat
dengan kesaksian para pejuang Suriah yang menyaksikan puluhan mobil
peluncur rudal Scud ditarik dari pangkalan militer Brigade ke-155 pada
Kamis dini hari kemarin. Ternyata sebelum Assad memindahkan peralatan
alutsistanya, pada Rabu kemarin, dia telah memindahkan sebagian
tentaranya dari pusat pangkalan komando di pusat Damaskus. Seorang aktivis yang menamakan diri Amer al-Qalamouni, mengatakan kepada kantor berita Reuters melalui telepon, bahwa sebagian besar personil di pangkalan itu telah pergi. Dia menambahkan juga melihat truk trailer yang dipenuhi dengan peralatan militer di jalan Damaskus menuju ke arah selatan.
"Tidak diketahui apakah peralatan itu dipindahkan untuk disimpan di suatu tempat atau tetap dibiarkan di sana supaya terhindar dari serangan tentara barat," kata dia.
Aktivis itu menduga peralatan militer itu dipindahkan ke arah barat daya kepada kaum loyalis di dekat kota Homs atau di pesisir sekte minoritas Alawit. (ren)
No comments:
Post a Comment