VIVAnews - Bunda
Putri. Entah siapa nama aslinya. Tapi si Bunda ini tampaknya menjadi
tokoh penting dalam kasus dugaan suap impor sapi. Sebagaimana luas
dikabarkan, kasus ini menyeret sejumlah tokoh. Dari nama antah berantah
seperti Ahmad Fathanah, hingga tokoh sepenting Lutfi Hasan Ishaaq.
Terseret kasus ini, Luthfi turun dari kursi Presiden Partai Keadilan
Sejahtera(PKS).
Dan si Bunda Putri itu,
tampaknya tokoh yang juga dihormati Luthfi. Sikap hormat itu terlihat
dari rekaman pembicaraan yang diputar jaksa dalam sidang yang digelar
Kamis kemarin. Dan Jumat, 30 Agustus 2013, rekaman pembicaraan itu ramai
dibahas media massa.
Peran si bunda ini amat
penting. Mengkondisikan para pengambil keputusan. Bahkan seorang menteri
pernah datang ke rumahnya hingga malam lewat. Enath apa yang dibahas.
Tapi siapa si bunda itu?
Tak banyak informasi
terkuak. Jati dirinya hanya terungkap secuil dari keterangan Ridwan
Hakim, putra Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin. Ridwan hadir
sebagai saksi pada sidang Kamis kemarin itu, dengan terdakwa Ahmad
Fathanah.
Ridwan mengenal si Bunda
Putri ini dan menyebutnya sebagai pembimbing dalam berbisnis sejak 2010.
Saat ini, Ridwan mengelola bisnis konveksi di Bandung, Jawa Barat.
Kebetulan, Bunda Putri juga merupakan seorang pengusaha. "Dia punya
perkebunan pinang di Kalimantan," kata Ridwan.
Dan yang menarik, Bunda
Putri ternyata bukan hanya seorang mentor bisnis, tapi juga dikenal
sebagai sosok berpengaruh. Sehari setelah tertangkapnya Ahmad Fathanah
oleh KPK, 29 Januari 2013, Bunda Putri sempat memanggil Presiden PKS
saat itu dijabat Luthfi, ke rumahnya di kawasan Pondok Indah.
"Dia (Bunda Putri) tanya
ada apa itu semalam? Saya dengar dari media dikaitkan dengan
kementerian. Ustaz Luthfi bilang saya sudah cek itu swasta ke swasta,
tidak terkait kementerian," ujar Ridwan mengutip percakapan Luthfi dan
Bunda Putri.
Ridwan Hakim dalam Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) yang disampaikan jaksa dipersidangan, mengaku
bahwa ada seorang menteri pernah berkunjung ke rumah Bunda Putri pada 27
Januari 2013. Menteri tersebut bertamu hingga pukul satu dinihari.
Sayangnya, Ridwan tidak menjelaskan siapa menteri yang “sowan” kepada si
bunda itu.
Dalam rekaman pembicaraan
telepon antara Ridwan dan Luthfi yang didapat VIVAnews, Ridwan bilang
kepada Luthfi, "Bunda marah-marah." Belum jelas konteksnya, tapi
tampaknya saat menelepon itu, Ridwan sedang bersama si bunda itu.
Telepon lalu dia berikan kepada si bunda. Dan inilah percakapannya
dengan Luthfi.
Luthfi: "Maksud saya, dia
kan decision maker, Bunda kan mengkondisikan para decision maker.
Kerjaan lebih berat mengkondisikan pada decision maker daripada yang
pengambil keputusan sendiri.”
Kemudian pada percakapan
berikutnya, Luthfi mengatakan sesuatu kepada Bunda Putri. "Bunda ini jam
10 ditunggu Dipo kan, sebelum dia ke JCC. Bun, nanti kita ketemu sama
Mas Boed jam 2-an?" tanya Luthfi. Bunda Putri menjawab. "Udah Bunda
nunggu di Grand Hyatt saja, supaya nggak usah kemana-mana. Kalau begini
caranya, malas deh ngurus TPA-nya," kata Bunda Putri. Baca di sini transkrip lengkap rekaman pembicaraan itu.
Tak kenal Bunda Putri
Saat dikonfirmasi,
Muhammad Assegaf, selaku pengacara Luthfi mengaku tak tahu siapa orang
yang dipanggil sebagai 'Bunda Putri' oleh kliennya itu. Selama
mendampingi Luthfi diperiksa KPK, Assegaf mengaku belum pernah mendengar
nama Bunda Putri. "Nama ini benar-benar baru terungkap di persidangan,"
kata Assegaf saat dihubungi VIVAnews, Jumat 30 Agustus 2013.
Assegaf sendiri mengaku penasaran dengan sosok Bunda Putri ini dan berniat menanyakan kepada Luthfi. "Selama ini Luthfi tidak pernah cerita soal Bunda Putri ini. Pekan depan saya ketemu Luthfi, akan saya tanyakan," katanya.
Salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal PKS, Yusuf Supendi pun geleng kepala. "Saya tidak tahu siapa itu Bunda Putri. Terakhir saya berkomunikasi dengan Ridwan dan Hilmi sekitar 2004," kata dia.
Semasa dia menjadi petinggi di partai itu, Yusuf mengaku tidak pernah ada kader atau kenal seseorang yang disapa Bunda Putri. "Kalau kader PKS biasanya kan dipanggil 'ummu' atau 'umi', bukan 'bunda.' Saya pikir, Bunda Putri bukan kader PKS," kata Yusuf yang kini berlabuh di Partai Hanura.
Senada dengan Yusuf, Ketua DPP PKS Mardani Ali Shera Arifinto juga mengatakan, tak ada anggota partainya yang disapa 'Bunda Putri.' "Saya tidak kenal," katanya lagi.
Nama lainAda satu sosok lagi yang mencuat dalam persidangan kemarin. Namanya, Sengman. Dia disebut Ridwan Hakim sebagai 'utusan presiden.'
Sama seperti 'Bunda Putri,' nama Sengman ini juga terungkap setelah Jaksa KPK memutar rekaman hasil sadapan atas Ridwan Hakim. Pada rekaman itu terungkap ada komitmen sebesar Rp40 miliar dari PT Indoguna Utama yang akan diserahkan untuk Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddinm yang juga ayah Ridwan.
"Ke satu dan Engkong (Hilmi Aminuddin) nggak mungkin lah ya juga. Tapi udah nyampe kok 40 (miliar). Ditenteng langsung sama ibu (Elizabeth) kok. Untuk disampaikan ke Lembang," kata Fathanah kepada Ridwan dalam rekaman itu.
Kemudian Ridwan menanggapi pertanyaan Fathanah dengan mengatakan, uang Rp40 miliar yang akan diberikan ke Engkong itu belum diterimanya. "Nggak ada. Tapi, komplainnya ke kita bos," sahut Ridwan kepada Fathanah.
Dalam rekaman selanjutnya, Fathanah mengaku heran mengapa uang tersebut belum sampai juga ke Lembang. Padahal, uang tersebut sudah dititipkan kepada Sengman dan Hendra untuk segera diserahkan. "Masa Sengman dengan Hendra nggak nyampein?" tanya Fathanah kepada Ridwan.
"Ya nggak tahu, pokoknya gitu ceritanya," sahut Ridwan.
Dikonfirmasi setelah rekaman seluruhnya diputar, Ridwan mengaku tidak tahu menahu mengenai uang Rp40 miliar yang disebut Fathanah. Meskipun dalam percakapan itu, Ridwan jelas menanggapi setiap pernyataan Fathanah dengan lugas.
"Sama sekali saya nggak tahu," ujar Ridwan. Ia menegaskan bahwa angka Rp40 miliar berasal dari Fathanah.
Kemudian mengenai identitas Sengman, orang yang dititipkan uang Rp40 miliar untuk disampaikan kepada si engkong itu, Ridwan mengaku bahwa Sengman adalah utusan presiden. Ketua Majelis Hakim Nawawi Pomolango lantas bertanya kepada Ridwan Hakim, Presiden apa yang dimaksud. "Ya Presiden SBY," timpal Ridwan. Sedangkan Hendra adalah rekan Sengman.
Ia menambahkan, perihal uang Rp40 miliar yang dibawa Sengman sudah dijelaskan ke penyidik KPK. Bahkan Ridwan telah menyampaikan identitas Sengman. "Jadi kalau mau tahu Rp40 miliar itu tanyakan saja ke Sengman," imbuhnya.
Menanggapi ini, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha membantah Sengman adalah utusan Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami tidak pernah mendengar nama itu sebagai utusan presiden. Itu saya pastikan. Kalau di dalam itu ada pernyataan-pernyataan, itu silakan proses pengadilan," kata Julian di kompleks kepresidenan Kamis kemarin.
Julian menegaskan, tidak ada staf presiden yang bernama Sengman. Seluruh staf presiden memiliki dasar hukum yang jelas dan pemilihannya berdasarkan bidang yang diperlukan. "Kami kan semua ada dasarnya. Kan bukan personal. Apakah itu berupa Keppres atau surat yang dikeluarkan melalui setneg," katanya.
"Kalau ngomong utusan presiden, enggak jelas, mungkin bukan presiden Pak SBY saya kira. Presiden banyak, presiden taksi, presiden perusahaan."
Suap kuota impor daging ini menjadi tamparan telak bagi PKS menjelang Pemilu 2014. Kasus yang disebut 'badai' ini, berawal dari operasi tangkap tangan KPK pada 29 Januari 2013. Saat itu, penyidik KPK menangkap Ahmad Fathanah, orang dekat Luthfi di hotel Le Meridien bersama seorang mahasiswi bernama Maharani Suciono. Dari tangan Fathanah, KPK menyita uang Rp1 miliar. Uang ini diduga suap dari PT Indoguna Utama untuk Luthfi.
Assegaf sendiri mengaku penasaran dengan sosok Bunda Putri ini dan berniat menanyakan kepada Luthfi. "Selama ini Luthfi tidak pernah cerita soal Bunda Putri ini. Pekan depan saya ketemu Luthfi, akan saya tanyakan," katanya.
Salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal PKS, Yusuf Supendi pun geleng kepala. "Saya tidak tahu siapa itu Bunda Putri. Terakhir saya berkomunikasi dengan Ridwan dan Hilmi sekitar 2004," kata dia.
Semasa dia menjadi petinggi di partai itu, Yusuf mengaku tidak pernah ada kader atau kenal seseorang yang disapa Bunda Putri. "Kalau kader PKS biasanya kan dipanggil 'ummu' atau 'umi', bukan 'bunda.' Saya pikir, Bunda Putri bukan kader PKS," kata Yusuf yang kini berlabuh di Partai Hanura.
Senada dengan Yusuf, Ketua DPP PKS Mardani Ali Shera Arifinto juga mengatakan, tak ada anggota partainya yang disapa 'Bunda Putri.' "Saya tidak kenal," katanya lagi.
Nama lainAda satu sosok lagi yang mencuat dalam persidangan kemarin. Namanya, Sengman. Dia disebut Ridwan Hakim sebagai 'utusan presiden.'
Sama seperti 'Bunda Putri,' nama Sengman ini juga terungkap setelah Jaksa KPK memutar rekaman hasil sadapan atas Ridwan Hakim. Pada rekaman itu terungkap ada komitmen sebesar Rp40 miliar dari PT Indoguna Utama yang akan diserahkan untuk Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddinm yang juga ayah Ridwan.
"Ke satu dan Engkong (Hilmi Aminuddin) nggak mungkin lah ya juga. Tapi udah nyampe kok 40 (miliar). Ditenteng langsung sama ibu (Elizabeth) kok. Untuk disampaikan ke Lembang," kata Fathanah kepada Ridwan dalam rekaman itu.
Kemudian Ridwan menanggapi pertanyaan Fathanah dengan mengatakan, uang Rp40 miliar yang akan diberikan ke Engkong itu belum diterimanya. "Nggak ada. Tapi, komplainnya ke kita bos," sahut Ridwan kepada Fathanah.
Dalam rekaman selanjutnya, Fathanah mengaku heran mengapa uang tersebut belum sampai juga ke Lembang. Padahal, uang tersebut sudah dititipkan kepada Sengman dan Hendra untuk segera diserahkan. "Masa Sengman dengan Hendra nggak nyampein?" tanya Fathanah kepada Ridwan.
"Ya nggak tahu, pokoknya gitu ceritanya," sahut Ridwan.
Dikonfirmasi setelah rekaman seluruhnya diputar, Ridwan mengaku tidak tahu menahu mengenai uang Rp40 miliar yang disebut Fathanah. Meskipun dalam percakapan itu, Ridwan jelas menanggapi setiap pernyataan Fathanah dengan lugas.
"Sama sekali saya nggak tahu," ujar Ridwan. Ia menegaskan bahwa angka Rp40 miliar berasal dari Fathanah.
Kemudian mengenai identitas Sengman, orang yang dititipkan uang Rp40 miliar untuk disampaikan kepada si engkong itu, Ridwan mengaku bahwa Sengman adalah utusan presiden. Ketua Majelis Hakim Nawawi Pomolango lantas bertanya kepada Ridwan Hakim, Presiden apa yang dimaksud. "Ya Presiden SBY," timpal Ridwan. Sedangkan Hendra adalah rekan Sengman.
Ia menambahkan, perihal uang Rp40 miliar yang dibawa Sengman sudah dijelaskan ke penyidik KPK. Bahkan Ridwan telah menyampaikan identitas Sengman. "Jadi kalau mau tahu Rp40 miliar itu tanyakan saja ke Sengman," imbuhnya.
Menanggapi ini, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha membantah Sengman adalah utusan Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami tidak pernah mendengar nama itu sebagai utusan presiden. Itu saya pastikan. Kalau di dalam itu ada pernyataan-pernyataan, itu silakan proses pengadilan," kata Julian di kompleks kepresidenan Kamis kemarin.
Julian menegaskan, tidak ada staf presiden yang bernama Sengman. Seluruh staf presiden memiliki dasar hukum yang jelas dan pemilihannya berdasarkan bidang yang diperlukan. "Kami kan semua ada dasarnya. Kan bukan personal. Apakah itu berupa Keppres atau surat yang dikeluarkan melalui setneg," katanya.
"Kalau ngomong utusan presiden, enggak jelas, mungkin bukan presiden Pak SBY saya kira. Presiden banyak, presiden taksi, presiden perusahaan."
Suap kuota impor daging ini menjadi tamparan telak bagi PKS menjelang Pemilu 2014. Kasus yang disebut 'badai' ini, berawal dari operasi tangkap tangan KPK pada 29 Januari 2013. Saat itu, penyidik KPK menangkap Ahmad Fathanah, orang dekat Luthfi di hotel Le Meridien bersama seorang mahasiswi bernama Maharani Suciono. Dari tangan Fathanah, KPK menyita uang Rp1 miliar. Uang ini diduga suap dari PT Indoguna Utama untuk Luthfi.
Tanggal 30 Januari,
Luthfi ditetapkan sebagai tersangka dan langsung dijemput paksa dari
kantor PKS. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Luthfi mundur dari jabatannya sebagai Presiden PKS.
No comments:
Post a Comment